Kolokium Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor

Posts Tagged ‘gender’

Pola Asuh Anak dalam Keluarga Migran di Kawasan Pemukiman Kumuh: Tinjauan dari Aspek Relasi Gender (Kasus Keluarga Migran Etnis Jawa, Minang dan Batak di Keluarahan Sukajadi, Kota Dumai)

Posted by kolokium kpm ipb pada 23 April 2009

MAKALAH KOLOKIUM

Nama Pemrasaran/NRP : Maria Dewi Rahayu/I34050780

Departemen : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Pembahas/NRP : Egi Massardy/I34052453

Dosen Pembimbing/NIP : Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc/132 041 097

Judul Rencana Penelitian : Pola Asuh Anak dalam Keluarga Migran di Kawasan Pemukiman Kumuh: Tinjauan dari Aspek Relasi Gender (Kasus Keluarga Migran Etnis Jawa, Minang dan Batak di Keluarahan Sukajadi, Kota Dumai)

Tanggal dan Waktu : Senin, 27 April 2009/10.00-11.00 WIB

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga adalah institusi pendidikan primer bagi seorang anak. Pada institusi primer inilah seorang anak mengalami apa yang disebut dengan pengasuhan. Keberhasilan seorang anak dalam hubungan sosialnya tergantung pada pola pengasuhan yang diterapkan orangtua dalam keluarga. Pada umumnya pengasuhan diwujudkan dalam bentuk merawat, memelihara, mengajar, dan membimbing anak.

Pola asuh anak dalam sebuah keluarga dipengaruhi oleh umur Kepala Keluarga (KK) dan istri, usia saat menikah, status pekerjaan istri, jenis pekerjaan utama, besarnya keluarga, pendapatan keluarga, usia anak, jenis kelamin anak dan nomor urut anak dalam keluarga (Sa’diyyah, 1998); interaksi keluarga dengan masyarakat (Siregar, 2003); dan tingkat pendidikan orangtua (Gunarsa dan Gunarsa, 1991). Penelitian Hernawati (2002) juga mengungkapkan bahwa persepsi dan harapan orangtua tentang perkembangan anak berbeda secara nyata menurut budaya.

Pola asuh anak dalam keluarga juga berkaitan erat dengan pola komunikasi dan relasi gender antara laki-laki dan perempuan di dalamnya. Pada keluarga-keluarga yang tanggung jawab ekonominya sepenuhnya dilakukan oleh ayah (suami), peran ibu dalam mengasuh anak-anak sangatlah dominan. Pada kasus semacam ini, ibu berperan penuh dalam sektor domestik dan ayah hanya mengurusi sektor produktif yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan materi keluarga tersebut. Pola pengasuhan yang diterapkan akan berbeda jika dalam sebuah keluarga ibu juga ikut mengurusi sektor produktif dan sektor domestik sekaligus atau yang disebut mengalami peran ganda.

Lingkungan tempat tinggal juga mempengaruhi pola asuh yang diterapkan orangtua pada anak-anaknya. Lingkungan pemukimam kumuh (slum area) yang terbentuk karena tidak terbendungnya arus urbanisasi[1] termasuk salah satu lingkungan tempat tinggal yang tidak kondusif bagi pembentukan karakter anak. Kawasan pemukiman kumuh sudah banyak ditemui di kota-kota besar di Pulau Jawa seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan Bogor. Saat ini, di luar Pulau Jawa juga semakin banyak ditemui kawasan pemukiman kumuh khususnya di kota yang sedang berkembang. Kota Dumai, Provinsi Riau termasuk salah satu contohnya.

Salioso (2003) dalam bukunya yang berjudul “Kota Dumai Mutiara Pantai Timur Sumatera” menuliskan bahwa Kota Dumai dirancang untuk menjadi “Pusat Pelayanan Industri dan Jasa di Pantai Timur Sumatera pada tahun 2020”. Peluang ini tidak disia-siakan oleh para pencari kerja yang kemudian mencoba peruntungannya dengan melakukan migrasi ke Kota Dumai. Pada tahun 2007, populasi penduduk Kota Dumai mencapai 231.121 jiwa. Dengan pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 10,46%, maka kawasan pemukiman kukuh juga semakin meningkat. Data dari Bappeda Kota Dumai pada tahun 2000 menunjukkan bahwa dari 32 kelurahan yang ada di Kota Dumai, kawasan kumuh terdapat di 2 kecamatan yaitu Kecamatan Dumai Barat (Kelurahan Pangkalan Sesai dan Kelurahan Rimba Sekampung) dan Dumai Timur (Keluarahan Teluk Binjai dan Kelurahan Sukajadi). Oleh karena itulah, penelitian ini berfokus pada telaah pola asuh anak pada keluarga migran di kawasan pemukiman kumuh. Pola asuh anak dilihat dari perspektif gender, mengingat hubungan dalam keluarga merupakan relasi gender.

1.2 Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah:

  1. Apakah terdapat perbedaan tentang persepsi nilai anak pada keluarga migran dari etnis Jawa, Minang dan Batak di kawasan pemukiman kumuh (slum area)?
  2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi penerapan pola asuh anak dalam keluarga migran di kawasan pemukiman kumuh (slum area)?
  3. Bagaimana relasi gender dalam keluarga migran di kawasan pemukiman kumuh (slum area) dapat membentuk karakter anak?

1.3 Tujuan Penelitian

  1. Mengetahui perbedaan tentang persepsi nilai anak pada keluarga migran dari etnis Jawa, Minang dan Batak di kawasan pemukiman kumuh (slum area).
  2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan pola asuh anak dalam keluarga migran di kawasan pemukiman kumuh (slum area).
  3. Mengetahui dan menganalisis relasi gender dalam keluarga migran di kawasan pemukiman kumuh (slum area) dan hubungannya dengan pembentukan karakter anak.

1.4 Kegunaan Penelitian

Secara akademis, penelitian ini dapat memperkaya pemahaman tentang konsep pengasuhan anak dalam keluarga. Melalui penelitian ini dapat diperoleh informasi mengenai keberagaman pola asuh anak dari latar belakang budaya orangtua yang beragam. Temuan penelitian dapat digunakan oleh pemerintah setempat untuk mengembangkan pendekatan pengembangan kualitas anak dan relasi gender yang harmonis dalam keluarga.

II. PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Definisi dan Fungsi Keluarga

Keluarga merupakan unit kesatuan sosial terkecil yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam membina anggota-anggotanya. Setiap anggota dari suatu keluarga dituntut untuk mampu dan terampil dalam menanamkan peranan sesuai dengan kedudukannya. Pada dasarnya, keluarga dapat dibedakan menjadi dua yaitu keluarga inti (nuclear family) dan keluarga luas (extended family). Keluarga sebagai institusi primer merupakan tempat pertama dan utama bagi anak sebelum mengenal lingkungan luar.

Hartoyo (1987) seperti yang dikutip dalam Ritonga, dkk (1996) menyatakan bahwa dalam pengertian yang lebih luas, keluarga merupakan lembaga sosial yang terkecil dari masyarakat yang terdiri dari sekelompok manusia yang hidup bersama dengan adanya ikatan perkawinan, hubungan darah dan adopsi. W. Bennet dalam Hastuti (2008) menyatakan bahwa keluarga adalah tempat paling efektif dimana seseorang anak menerima kebutuhan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan bagi hidupnya, dan bahwa kondisi biologis, psikologis dan pendidikan serta kesejahteraan seorang anak amat tergantung pada keluarga. Fungsi keluarga dapat bermakna ganda, yaitu fungsi keluarga terhadap masyarakat dan fungsi keluarga terhadap individu anggotanya. Horton dan Hunt menyebutkan beberapa fungsi keluarga yaitu fungsi pengaturan seksual, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi, fungsi afeksi, fungsi penentuan status, fungsi perlindungan dan fungsi ekonomi.[2]

2.1.2 Konsep Pengasuhan Anak dan Nilai Anak dalam Keluarga

Hastuti (2008) mengemukakan bahwa pengasuhan kerap didefinisikan sebagai cara mengasuh anak mencakup pengalaman, keahlian, kualitas dan tanggung jawab yang dilakukan orangtua dalam mendidik dan merawat anak, sehingga anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang diharapkan oleh keluarga dan masyarakat dimana ia berada atau tinggal. Tugas pengasuhan ini umumnya dilakukan oleh ayah dan ibu (orangtua biologis anak), namun bila orangtua biologisnya tidak mampu melakukan tugas ini, maka tugas ini diambil alih oleh kerabat dekat termasuk kakak, kakek dan nenek, orangtua angkat atau oleh institusi pengasuhan sebagai alternative care.Tugas pengasuhan juga mencakup pemenuhan kebutuhan psikis anak dan pemberian stimulasi untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan anak secara maksimal. Beberapa aspek dalam pola pengasuhan yaitu mencakup pola asuh makan, pola asuh hidup sehat, pola asuh akademik atau intelektual, pola asuh sosial emosi serta pola asuh moral dan spiritual[3].

Penelitian yang dilakukan oleh Sa’adiyyah (1998) pada keluarga etnik Jawa dan Minang yang tinggal di desa dan kota menemukan fakta bahwa anak yang tinggal di kota lebih banyak menerima stimulasi dari orangtuanya dibandingkan dengan anak yang tinggal di desa. Hal ini dipengaruhi oleh nomor urut anak, pendidikan orangtua dan pendapatan keluarga. Faktor karakteristik anak dan kondisi ekonomi serta pendidikan orangtua berpengaruh dalam pemberian stimulasi pada anak. Rohman (1995) melakukan penelitian pada anak dari keluarga miskin di daerah “ledok” lereng sungai Gajahwong di dusun Papringan dan Caturtunggal, Depok, Sleman dan menemukan bahwa selain faktor ekonomi, faktor keadaan kehidupan keluarga juga mempengaruhi pola pengasuhan anak dalam keluarga tersebut. Pada kedua daerah penelitian, ditemukan bahwa banyak sekali keluarga yang tidak lengkap struktur keluarganya, namun di sisi lain juga ditemukan keluarga yang terlalu banyak anggota keluarganya. Ketimpangan peran yang terlihat di sini dapat mempengaruhi penanaman konsep identitas gender pada anak dan berujung pada kualitas anak yang terbentuk.

Menurut Joshi dan MacClean (1997) seperti yang dikutip dalam Putri (2006), nilai anak merupakan persepsi dan harapan orangtua terhadap anak berdasarkan potensi yang dimiliki anak. Lebih lanjut mereka mengungkapkan bahwa persepsi dan harapan orangtua tentang perkembangan anak berbeda secara nyata menurut budaya (Hernawati, 2002). Becker (1995) seperti yang dikutip oleh Hernawati (2002) mengemukakan bahwa anak dipandang sebagai sumberdaya yang sangat berharga dan tahan lama. Secara alami anak memiliki nilai psikis dan nilai materi sehingga orangtua menganggap anak merupakan nilai investasi di masa depan yang efisien. Investasi pada anak diwujudkan dengan pengasuhan yang baik, perawatan, sekolah dan pemenuhan makan anak yang baik. Penilaian orangtua akan mempengaruhi cara mereka memperlakukan anak dan perlakuan mereka terhadap anak sebaliknya kan mempengaruhi penilaian anak terhadap orangtua. Pada dasarnya hubungan orangtua dengan anak bergantung kepada penilaian orangtua (Hurlock, 1997).

2.1.3 Relasi Gender dalam Keluarga

Konsep kedudukan atau status dalam lingkup ilmu sosiologi dapat diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan atau status. Apabila seseorang telah melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka seseorang tersebut dapat dikatakan telah menjalani suatu peranan[4].

Status dan peranan antara laki-laki dan perempuan seringkali menjadi bahan perdebatan yang masih terus dibahas. Pada kondisi normatif, laki-laki dan perempuan mempunyai status atau kedudukan dan peranan (hak dan kewajiban) yang sama. Pembedaan diantara keduanya dibentuk oleh norma sosial dan nilai sosial budaya yang berlaku dalam masyarakat. Norma sosial dan nilai budaya tersebut menciptakan status dan peranan perempuan hanya sebatas sektor domestik saja. Perempuan memiliki status sebagai ibu rumah tangga dan melaksanakan semua pekerjaan yang berkaitan dengan rumah tangga dan laki-laki ditempatkan di sektor produksi dan berstatus sebagai kepala keluarga sekaligus sebagai pencari nafkah utama[5]. Namun, saat ini mencari nafkah tidak lagi hanya menjadi kewajiban suami (pria), begitu juga kewajiban melakukan pekerjaan urusan rumah tangga tidak semata-mata menjadi urusan istri (wanita).

2.1.4 Relasi Gender dalam Pengasuhan Anak

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut[6]:

1. Peranan Ayah

Ayah berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

2. Peranan Ibu

Peran Ibu dalam mempengaruhi kualitas sumberdaya manusia dan pembangunan sangat penting, karena besarnya peran ibu dalam melahirkan kehidupan dan memelihara kehidupan yang dilahirkannya. Pengaruh Ibu terhadap kehidupan seorang anak telah dimulai selama dia hamil, selama masa bayi, dan berlanjut terus sampai anak itu memasuki usia sekolah.

3. Peranan Anak.

Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

Pergeseran nilai-nilai sosial budaya dimana banyak perempuan yang kemudian turut terlibat dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga dan lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah mengakibatkan berkurangnya kualitas pola asuh terhadap sang anak. Disisi lain sosok ayah belum tentu telah siap menggantikan ataupun membantu peran ibu dalam mengasuh anak baik dari segi psikologis, fisioligis maupun sosial. Dalam situasi demikian untuk memenuhi kebutuhan pengasuhan anak muncullah sosok-sosok yang lain seperti kakek, nenek, kakak, saudara, bahkan mungkin seorang pengasuh anak profesional (baby sitter) yang berfungsi sebagai alternative care bagi anak. Namun demikian sosok pengasuh ini dalam banyak hal kenyataannya tidak sebaik apabila pengasuhan dilakukan oleh orang tua kandung, walaupun keberadaannya dalam konteks saat ini sangat dibutuhkan untuk membantu dalam pengasuhan anak. Dengan kata lain sosok pengasuh anak berfungsi untuk “membantu” orang tua kandung, sedangkan “fungsi utama” pengasuhan anak bagaimanapun juga merupakan peran dan tanggung jawab orang tua kandung.

2.1.5 Aspek Sosial Ekonomi Kawasan Pemukiman Kumuh (Slum Area)

Masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh digambarkan sebagai masyarakat yang berpenghasilan rendah yang sulit memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup utama dan membawa indikasi pada rendahnya derajat kesejahteraan sosial masyarakat di sekitar mereka. Kondisi ini cenderung memunculkan pendapat bahwa penduduk kawasan kumuh indentik dengan kemiskinan. Kondisi keluarga yang tingkat pendapatannya rendah menyebabkan orangtua memperlakukan anak dengan kurang perhatian, penghargaan, pujian untuk berbuat baik yang mengikuti aturan, kurang latihan dan penanaman moral (Gunarsa dan Gunarsa, 1991).

Penduduk yang bertempat tinggal di kawasan pemukiman kumuh biasanya adalah para migran yang pindah dari daerah asal dan mencoba mencari pekerjaan di daerah tujuan. Salioso (2003) menyebutkan bahwa lingkungan keluarga miskin juga tidak dapat mengembangkan pola sosialisasi karena tidak ada kepastian memperoleh pekerjaan yang layak bagi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu, tidak adanya pekerjaan yang langgeng (ready job) dan hanya mempunyai aspirasi yang terbatas (sadar maupun tidak sadar) diajarkan kepada anak-anaknya yang pada akhirnya hanya melanjutkan cara hidup keluarganya dan memiliki keterbatasan untuk menumbuhkan rasa keterikatan emosional di lingkungan keluarga.

2.2 Kerangka Pemikiran

Pengasuhan anak dalam keluarga mutlak dibutuhkan untuk menghasilkan anak yang berkualitas. Proses membentuk dan menciptakan anak yang berkualitas, berkompeten dan dapat mandiri, membutuhkan lingkungan keluarga yang baik dan lingkungan di sekitar kehidupan anak yang kondusif[7]. Peran ayah dan ibu sama-sama dibutuhkan untuk mewujudkan hal tersebut. Pengasuhan anak dipengaruhi oleh karakteristik keluarga dimana anak tersebut tumbuh dan berkembang. Latar belakang pendidikan orangtua dapat mempengaruhi pola pikir orangtua akan pentingnya menerapkan pola asuh yang tepat bagi anaknya. Tingkat pendidikan orangtua (formal maupun non formal) kemudian juga berpengaruh pada aspirasi atau harapan orangtua kepada anaknya.

Latar belakang budaya orangtua mempengaruhi nilai-nilai apa yang akan diwariskan pada anak dalam keluarga tersebut melalui pola asuh yang diterapkan. Jumlah pendapatan dan besarnya keluarga mempengaruhi dalam kaitannya dengan peran anak yang dikehendaki orangtua dan nilai anak dalam keluarga. Jumlah anak yang dimiliki keluarga dan usia anak akan mempengaruhi pola asuh yang diterapkan orangtua. Semakin banyak jumlah anak dalam sebuah keluarga maka ada kecenderungan bahwa orangtua tidak begitu menerapkan pola pengasuhan secara maksimal pada anak karena perhatian dan waktunya terbagi antara anak yang satu dengan anak yang lainnya.

Faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor yang berasal dari kondisi lingkungan di mana keluarga tersebut bermukim. Lingkungan pemukiman kumuh jelas tidak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak secara positif. Lingkungan sosial berkaitan dengan pola hubungan sosial atau pergaulan yang dibentuk oleh orangtua maupun anak dengan lingkungan sekitarnya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal bagi anak juga turut mempengaruhi, namun anak dari keluarga yang tinggal di pemukiman kumuh cenderung tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau bahkan tidak mengecap bangku pendidikan sama sekali karena terkendala oleh status ekonomi. Nilai-nilai religi juga menjadi salah satu hal yang penting yang ditanamkan orangtua pada anak dalam pengasuhan yang mereka lakukan sehingga lembaga keagamaan juga turut berperan di dalamnya. Lingkungan kekerabatan atau peran keluarga besar dan media massa memberikan pengaruh dalam hal penerapan pola asuh pada anak.

Pada keluarga migran yang bermukim di kawasan pemukiman kumuh, suami dan istri cenderung sama-sama mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari sehingga pembagian kerja tidak lagi berdasarkan stereotype bahwa laki-laki hanya mengurusi sektor produksi dan perempuan hanya mengurusi sektor reproduksi saja. Pada kasus ini, orangtua hanya akan memiliki sedikit waktu untuk memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak bisa juga dititipkan pada anggota keluarga lain yang ada di rumah atau bahkan mungkin dengan orang lain yang tidak memiliki hubungan darah sama sekali. Bahkan tidak jarang anak juga ikut dilibatkan dalam pekerjaan orangtua. Penelitian ini akan melihat hubungan antara karakteristik keluarga, kondisi lingkungan, curahan waktu dan pembagian kerja antara ayah dan ibu dalam keluarga serta persepsi nilai anak pada keluarga migran etnis Jawa, Minang dan Batak yang tinggal di kawasan pemukiman kumuh (slum area) dengan pola asuh anak yang diterapkan yang kemudian berujung pada kualitas anak yang terbentuk.

i34050780


2.3 Definisi Operasional

  1. Keluarga migran didefinisikan sebagai kelompok sosial terkecil yang diikat oleh tali perkawinan dan diakui sah oleh masyarakat yang umumnya terdiri dari suami, istri dan anak-anaknya yang belum kawin dimana kepala keluarga atau seluruh anggota keluarga tersebut berasal dari luar daerah. Pada penelitian ini, yang digolongkan keluarga migran adalah keluarga yang kepala keluarganya bukan penduduk asli Kota Dumai.
  2. Latar belakang pendidikan orangtua didefinisikan sebagai tingkatan pendidikan terakhir (baik formal maupun non formal) yang pernah dijalani orangtua dan dinyatakan dalam ukuran tahun. Pendidikan formal diukur menggunakan skala rasio dan dinyatakan dalam ukuran tahun lulus, dikategorikan menjadi :

1) SD/sederajat-tidak tamat.

2) SD/sederajat-tamat.

3) SMP/sederajat-tidak tamat.

4) SMP/sederajat-tamat.

5) SMA/sederajat-tidak tamat.

6) SMA/sederajat-tamat.

Pendidikan non formal diukur dengan skala rasio untuk mengetahui frekuensi keikutsertaan responden dalam kursus atau pelatihan dalam 1 tahun terakhir.

  1. Latar belakang budaya orangtua didefinisikan sebagai nilai-nilai budaya yang diyakini orangtua dan diwariskan kepada keturunannya melalui pengasuhan. Pada penelitian ini, responden yang dipilih adalah keluarga migran dengan Kepala Keluarga (KK) beretnis Jawa (bilateral), Minang (matrilineal) dan Batak (patrilineal).
  2. Jenis pekerjaan orangtua didefinisikan sebagai segala bentuk aktivitas yang dilakukan orangtua yang dapat menghasilkan uang dan dinyatakan dalam rupiah. Variabel ini diukur menggunakan skala nominal yang dibedakan menjadi :

1) Pekerjaan di sektor pertanian mencakup pekerjaan di sektor pertanian itu sendiri, sektor perikanan, peternakan, kehutanan, perkebunan.

2) Pekerjaan di sektor non pertanian mencakup pedagang, buruh pabrik, buruh serabutan, tukang becak, tukang ojek, pembantu rumah tangga dan sejenisnya.

  1. Pendapatan keluarga didefinisikan sebagai seluruh jumlah pendapatan yang berasal dari hasil pekerjaan utama maupun sampingan dari aktivitas ekonomi yang dilakukan suami dan istri dalam keluarga. Variabel ini akan didekati melalui pengeluaran keluarga baik pangan maupun non pangan dan diukur dengan skala rasio.
  2. Besarnya keluarga didefinisikan sebagai jumlah seluruh orang yang tinggal bersama dalam satu rumah baik keluarga inti maupun keluarga luas. Variabel ini dinyatakan dalam jumlah orang dan diukur menggunakan skala rasio.
  3. Jumlah anak didefinisikan sebagai banyaknya anak yang tinggal dan masih berada di bawah pengasuhan orangtua. Variabel ini diukur dengan data skala rasio dan status anak diukur dengan menggunakan skala nominal (anak kandung, anak tiri dan anak angkat).

Mengacu pada Undang-Undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak didefinisikan sebagai seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

8. Usia anak didefinisikan sebagai lamanya seorang anak menjalani hidupnya, dinyatakan dalam tahun dan menggunakan skala rasio.

9. Usia orangtua didefinisikan sebagai lamanya hidup yang telah dijalani orangtua, dinyatakan dalam tahun dan mengunakan skala rasio.

10. Lingkungan fisik didefinisikan sebagai segala bentuk sarana dan prasarana fisik yang ada di sekitar keluarga dan dapat dimanfaatkan oleh anggota keluarga dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pertanyaan-pertanyaan dalam variabel ini mencakup ada/tidak adanya sarana dan prasarana fisik di lingkungan tempat tinggal mereka dan manfaat yang dirasakan dari keberadaan sarana prasarana tersebut. Selain itu, dilihat juga kondisi rumah dan lingkungan sekitar rumah. Variabel ini diukur menggunakan skala ordinal dengan ukuran sebagai berikut :

1) Lingkungan fisik yang kurang memadai (skor 1).

2) Lingkungan fisik yang memadai (skor 2).

3) Lingkungan fisik yang sangat memadai (skor 3).

11. Lingkungan sosial didefinisikan sebagai lingkungan pergaulan yang dijalani oleh anggota keluarga tersebut dan memberi pengaruh pada pola hubungan antar anggota keluarga. Skala ordinal digunakan untuk mengukur apakah responden sering melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya, keikutsertaan dalam organisasi/perkumpulan, pengaruh keikutsertaan dalam organisasi/perkumpulan topik interaksi, frekuensi interaksi responden dalam seminggu serta kualitas lingkungan sosial dalam kehidupan responden.

12. Peran sekolah didefinisikan sebagai peran yang ditunjukkan lembaga pendidikan formal bagi perkembangan kognitif anak. Pertanyaan-pertanyaan dalam variabel ini diukur menggunakan skala nominal untuk menunjukkan apakah sekolah berpengaruh terhadap pengasuhan anak.

13. Peran lembaga agama didefinisikan sebagai peran yang ditunjukkan institusi keagamaan dalam mempengaruhi pola asuh anak. Pertanyaan-pertanyaan dalm variabel ini diukur menggunakan skala nominal untuk menunjukkan apakah lembaga agama berpengaruh terhadap pengasuhan anak.

14. Peran keluarga besar didefinisikan sebagai sejauh mana anggota keluarga besar memberi pengaruh dalam pola asuh yang diterapkan orangtua pada anak. Pertanyaan-pertanyaan dalam variabel ini diukur menggunakan skala ordinal untuk menunjukkan apakah keluarga besar memberi pengaruh dalam pengasuhan anak dalam keluarga responden.

15. Media massa didefinisikan sebagai segala bentuk media elektronik maupun non elektronik yang dapat memberikan pengetahuan dan informasi kepada anggota keluarga dan memberikan pengaruh pada penerapan pola asuh anak. Variabel ini dinyatakan dalam kategori jenis media massa yang dimiliki keluarga yaitu berupa media audio visual, audio dan cetak (skala ordinal), intensitas penggunaannya (skala rasio) dan pemanfaatan media massa tersebut dalam kehidupan keluarga (skala ordinal) dengan ukuran pemanfaatan untuk hiburan semata (skor 1), untuk hiburan dan pendidikan (skor 2) dan untuk hiburan, pendidikan dan usaha (skor 3).

16. Relasi gender dalam keluarga didefinisikan sebagai pola hubungan antara laki-laki dan perempuan yang mencakup kedudukan dan peran yang mereka jalani di sektor produksi, reproduksi maupun sosial.

Penelitian ini akan melihat bagaimana relasi gender yang terbentuk antara laki-laki dan perempuan dalam kaitannya dengan profil aktivitas, dan profil akses serta kontrol mereka terhadap sumberdaya yang dimiliki keluarga.

Profil aktivitas didefinisikan sebagai gambaran seluruh aktivitas yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan selama satu hari. Dari profil ini dapat dilihat apa saja yang dikerjakan oleh perempuan dan laki-laki serta mengetahui curahan waktu dan pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga. Dikategorikan menjadi :

1) Aktivitas pada sektor produktif adalah segala aktivitas yang dapat menghasilkan uang dan menyumbang ke dalam pendapatan keluarga.

2) Aktivitas pada sektor reproduktif adalah segala aktivitas yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan rumah tangga seperti memasak, membersihkan rumah, mengasuh anak dll.

3) Aktivitas pada sektor sosial-politik-keagamaan adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan pola hubungan keluarga tersebut dengan komunitasnya.

Profil akses didefinisikan sebagai gambaran tentang akses laki-laki dan perempuan terhadap sumber daya tertentu yang dimiliki keluarga.

Profil kontrol didefinisikan sebagai gambaran tentang pola pengambilan keputusan antara laki-laki dan perempuan terhadap sumber daya yang dimiliki keluarga.

17. Pola pengambilan keputusan didefinisikan sebagai pola keterlibatan suami dan istri pada proses pengambilan keputusan di keluarga. Sajogyo (1983) seperti yang dikutip oleh Lestari (2006) mengemukakan 5 variasi pola pengambilan keputusan dalam keluarga yaitu (1) pengambilan keputusan dilakukan oleh istri sendiri; (2) pengambilan keputusan dilakukan bersama, namun istri lebih dominan; (3) pengambilan keputusan dilakukan bersama dan setara; (4) pola pengambilan keputusan dilakukan bersama namun suami lebih dominan; dan (5) pengambilan keputusan dilakukan oleh suami sendiri. Pola pengambilan keputusan yang diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada bidang konsumsi barang dan jasa, pembentukan keluarga, keuangan dan partisipasi sosial.

18. Pola komunikasi dalam keluarga didefinisikan sebagai bentuk interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan anggota keluarga lainnya. Pada variabel ini akan dilihat apakah pola komunikasi dalam keluarga migran cenderung bersifat satu arah atau dua arah.

19. Pola asuh anak didefinisikan sebagai cara mengasuh anak yang dilakukan orangtua dalam mendidik dan merawat anak, sehingga anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang diharapkan oleh keluarga dan masyarakat dimana ia berada atau tinggal. Tugas pengasuhan ini umumnya dilakukan oleh ayah dan ibu (orangtua biologis anak), namun bila orangtua biologisnya tidak mampu melakukan tugas ini, maka tugas ini diambil alih oleh kerabat dekat termasuk kakak, kakek dan nenek, orangtua angkat sebagai alternative care. Pengasuhan bukan hanya bersifat fisik namun juga termasuk pengasuhan secara psikis.

Kegiatan-kegiatan pengasuhan yang dilakukan pada anak dapat dilihat melalui profil aktivitas suami dan istri sehari-hari.

20. Persepsi nilai anak didefinisikan sebagai pandangan atau pendapat orangtua mengenai nilai anak bagi kehidupan mereka baik sekarang maupun di masa yang akan datang. Variabel ini diukur dengan menggunakan pernyataan-pernyataan untuk mengukur persepsi orangtua mengenai nilai anak dalam keluarga yang kemudian dikategorikan menjadi:

1) Nilai psikologis

2) Nilai sosial

3) Nilai ekonomi

20. Fungsi prokreasi keluarga didefinisikan sebagai fungsi reproduksi keluarga yang tidak saja meliputi fungsi meneruskan keturunan, tetapi juga berkaitan dengan aspek-aspek pengasuhan lainnya seperti sosialisasi nilai moral pada anak.

21. Penanaman nilai Keadilan dan Kesetaraan Gender (KKG) dalam keluarga didefinisikan kemampuan orangtua untuk memperlakukan anak-anaknya tanpa membedakan jenis kelamin.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini yaitu :

1. Diduga terdapat perbedaan pola asuh anak pada keluarga migran yang berasal dari etnis yang berbeda.

2. Pola asuh anak pada keluarga migran diduga memiliki hubungan positif yang nyata dengan karakteristik keluarga, kondisi lingkungan dan relasi gender dalam keluarga.

III. PENDEKATAN LAPANG

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan gabungan antara metode kuantitatif dan kualitatif dimana metode kuantitaif lebih dominan dibandingkan metode kualitatif. Metode kuantitatif yang digunakan adalah metode kuantitatif non eksperimen yaitu penelitian yang tidak melakukan manipulasi dan kontrol dalam arti subjek diobservasi apa adanya kemudian hubungan antar variabel diuji tanpa mengadakan perubahan apapun (Handayani dan Sugiarti, 2002). Metode kualitatif digunakan untuk memperjelas gambaran tentang fenomena sosial yang diperoleh melalui metode kuantitatif.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Dumai Timur, Kota Dumai, Provinsi Riau. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja karena Kelurahan Sukajadi merupakan satu dari empat kelurahan di Kecamatan Dumai Timur, Kota Dumai yang memiliki kawasan pemukiman kumuh (slum area). Sebagian besar penduduknya bekerja di sektor informal yaitu sebagai pedagang. Kerapatan bangunan di daerah ini tergolong tinggi, tata letak bangunan tidak teratur dimana kualitas bangunannya didominasi oleh bangunan semi permanen dan temporer. Kawasan ini tidak memiliki fasilitas umum dan rawan terhadap bencana seperti banjir dan kebakaran serta penyakit menular. Kelurahan Sukajadi terdiri dari 23 Rukun Tetangga (RT). Hampir di seluruh RT tersebut terdapat kawasan pemukiman kumuh yang berlokasi di daerah aliran sungai (DAS), namun juga terdapat penduduk yang sudah memiliki tempat tinggal yang permanen. Penelitian akan dilakukan selama bulan Mei sampai Juni 2009.

3.3 Teknik Pemilihan Responden

Populasi penelitian adalah seluruh keluarga migran yang bermukim di kawasan pemukiman kumuh di Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Dumai Timur, Kota Dumai, Provinsi Riau. Jumlah penduduk di Kelurahan Sukajadi adalah 11.567 jiwa dengan 1221 Rumah Tangga (RT). Subyek penelitian dipilih yang beretnis Minang (mewakili sistem kekerabatan Matrilineal), Jawa (mewakili sistem kekerabatan Bilateral) dan Batak (mewakili sistem kekerabatan Patrilineal). Penduduk beretnis Minang cenderung tersebar merata di seluruh RT di Kelurahan Sukajadi, namun penelitian ini mengambil sampel penduduk beretnis Minang di RT 22. Pekerjaan mereka umumnya adalah berdagang. Penduduk migran yang beretnis Jawa mayoritas bermukim di RT 21, sedangkan penduduk migran yang beretnis Batak mayoritas bermukim di RT 23. Selain sampel, juga dipilih sejumlah informan yang berkaitan dengan tujuan penelitian yaitu aparat pemerintahan setempat guna memperoleh data mengenai kondisi sosial ekonomi pemukiman tersebut. Metode yang digunakan adalah wawancara mendalam (indepth interview).

Tabel 1. Kerangka Sampling Responden

Etnis

Populasi (RT)

Responden/Sampel (RT)

Jawa

30 RT

20 RT

Minang

50 RT

25 RT

Batak

20 RT

15 RT

Total

100 RT

60 RT

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh berdasarkan pengamatan dan wawancara. Data sekunder mengenai kondisi sosial ekonomi pemukiman tersebut diperoleh melalui Kantor Kelurahan Sukajadi. Data mengenai pola asuh anak yang diterapkan orangtua dan persepsi nilai anak akan diperoleh melalui teknik wawancara dengan instrumen kuesioner seperti yang telah dilampirkan pada Lampiran. Teknik Analisis Harvard atau Gender Framework Analyze (GFA) merupakan suatu analisis yang digunakan untuk melihat suatu profil gender dari suatu kelompok sosial dan peran gender dalam proyek pembangunan, yang mengutarakan perlunya tiga komponen dan interelasi satu sama lain yaitu profil aktivitas, profil akses dan profil kontrol (Overholt et.al., 1986 seperti dikutip dalam Handayani dan Sugiarti, 2002). Profil aktivitas memuat daftar tugas perempuan dan laki-laki yang dikelompokkan menjadi tiga yaitu produktif, reproduktif/rumah tangga dan sosial-politik keagamaan. Profil akses memuat daftar sumberdaya apa yang dapat dimiliki dan dinikmati oleh perempuan dan laki-laki. Profil kontrol dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana pengambilan keputusan terhadap sumberdaya antara laki-laki dan perempuan. Sebelum instrumen penelitian ini digunakan, akan diuji terlebih dahulu untuk mengetahui kehandalannya.

3.4 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian akan diolah dengan menggunakan program komputer SPSS Versi 14 untuk mempermudah dilakukannya proses pengolahan data. Data dari pengisian kuesioner disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Data yang diperoleh bersifat rasio, nominal dan ordinal, sehingga untuk menganalisis hubungan antara data tersebut digunakan Korelasi Rank Spearman dan Chi-Square.

Korelasi Rank Spearman yakni menguji hipotesis mengenai hubungan antar variabel yang syarat penggunaannya menggunakan variabel ordinal. Sedangkan syarat uji Chi-Square salah satu variabelnya berukuran nominal. Hasil uji Chi-Square kemudian digunakan untuk melihat keeratan hubungan antara dua variabel dengan rumus koefisien kontingensi (C). Nilai C berkisar 0-1 dimana makin besar C berarti hubungan antar dua variabel makin erat (Singarimbun da Effendy, 1999). Penyajian data kuantitatif tersebut akan didukung dengan analisa kualitatif untuk pemahaman yang lebih baik terhadap data yang diperoleh. Data yang bersifat kualitatif akan diinterpretasikan secara deskriptif untuk memperjelas fenomena yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, S.D dan Gunarsa, S.Y. 1991. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BDK Gunung Mulia.

Handayani, Trisakti dan Sugiarti. 2002. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Malang: UMM Press.

Hastuti, Dwi. 2008. Pengasuhan: Teori, Prinsip dan Aplikasinya. Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Hernawati, N. 2002. Nilai Anak dan Pola Pengasuhan Berdasarkan Gender pada Anak Usia 2-3 Tahun di Kota Bogor. [Skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Institut Pertanian Bogor.

Hurlock, E. B. 1997. Perkembangan Anak Edisi 6 Jilid 2. (MM Tjandrasa: Penerjemah). Jakarta: Erlangga.

Putri, Sinta Susanto. 2006. Hubungan Nilai Anak, Pola Asuh dan Aktivitas Anak Sibuk [Skripsi]. Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Ritonga, dkk, 1996. Fungsi Keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia Daerah Sumatera Utara. Medan: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Rohman, Arif. 1995. Struktur Keluarga dan Pola Asuh Anak pada Keluarga Miskin dalam Jurnal Kependidikan, Nomor 2, Tahun XXV. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.

Sa’adiyyah, Nino Yayah. 1998. Pengaruh Karakteristik Keluarga dan Pola Pengasuhan Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak (Studi Kasus pada Etnis Jawa dan Minang) [Tesis]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Salioso, Herdi. 2003. Kota Dumai Mutiara Pantai Timur Sumatera. Pekanbaru: UNRI Press.

Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi (Ed). 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES.

Siregar, Rahma Sari. 2003. Sosialisasi Anak dalam Keluarga yang Tinggal bukan pada Lingkungan Budaya Asal (Kasus Masyarakat Migran si Salah Satu Kelurahan, Kecamatan Bogor Selatan, Kotamadya Bogor) [Skripsi]. Bogor: Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Tim Editor Sosiologi Umum. 2003. Sosiologi Umum. Bogor: Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan Pustaka Wirausaha Muda Bogor.

Sudarta, Wayan.____. Peranan Perempuan dalam Pembangunan Berwawasan Gender.Dikutipdarihttp://ejournal.unud.ac.id/abstrak/peran%20perempuan.pdf, diakses pada tanggal 22 Desember 2008.

Tangdilintin, Paulus. 1996. Pengaruh Perubahan Struktur Keluarga terhadap Pelaksanaan Fungsi Utama Keluarga di Perkotaan (Studi Kasus : Kelurahan Kalibaru, Kemanggisan dan Pasar Minggu dalam Masyarakat, Jurnal Sosiologi No.4 Th. 1996. Jakarta: UI Press.


RENCANA KEGIATAN PENELITIAN

Kegiatan

Maret 2009

April 2009

Mei 2009

Juni 2009

1

11

111

1V

1

11

111

1V

1

11

111

1V

1

11

111

1V

I. Proposal dan Kolokium

Penyusunan draft dan revisi

Konsultasi proposal

Kolokium dan Perbaikan

11. Penelitian Lapang

Pengumpulan data

Pengolahan dan analisis data

III. Penulisan laporan

Penyusunan draft dan revisi

Konsultasi laporan

IV. Ujian Skripsi

Ujian

Perbaikan laporan


Tabel 2. Matriks Pengumpulan Data

Masalah

Tujuan

Metode

Variabel

Sumber Data

Teknik Perolehan Data

Teknik Analisis Data

4. Apakah terdapat perbedaan persepsi nilai anak pada keluarga migran dari etnis Jawa, Minang dan Batak di kawasan pemukiman kumuh (slum area)?

Mengetahui adanya perbedaan persepsi nilai anak pada keluarga migran etnis Jawa, Minang dan Batak.

Nilai anak yang mencakup :

§ nilai ekonomi

§ nilai psikologi

§ nilai sosial

Primer : Orangtua

Wawancara dengan menggunakan kuesioner tentang persepsi nilai anak

Analisis data secara deskriptif

5. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi penerapan pola asuh anak dalam keluarga migran di kawasan pemukiman kumuh (slum area)?

Mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan pola asuh anak dalam keluarga migran di kawasan pemukiman kumuh (slum area)

1. Karakteristik keluarga (tingkat pendidikan orangtua, latar belakang budaya/etnis orangtua, jenis pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga, besarnya keluarga, jumlah anak dalam keluarga, usia anak, usia orangtua)

2. Kondisi lingkungan (lingkungan fisik, lingkungan sosial, peran sekolah, peran lembaga keagamaan, peran keluarga besar, media massa)

Primer : Orangtua

Wawancara dengan menggunakan kuesioner dan pengamatan

Uji hipotesis menggunakan chi square dan analisis data secara kualitatif

3. Bagaimana relasi gender dalam keluarga migran?

Mengetahui profil aktivitas, akses dan kontrol, pola pengambilan keputusan dan pola komunikasi dalam keluarga migran di kawasan pemukiman kumuh.

1. Profil aktivitas, akses dan kontrol antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga.

2. Pola pengambilan keputusan dalam keluarga

3. Pola komunikasi dalam keluarga

Primer : Suami dan istri

Wawancara dan menggunakan Teknik Analisis Harvard

Analisis data secara deskriptif


KUESIONER PENELITIAN

POLA ASUH ANAK DALAM KELUARGA MIGRAN DI KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH: Tinjauan dari Aspek Relasi Gender

(Studi Kasus Keluarga Migran Etnis Jawa, Minang dan Batak di Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Dumai Timur, Kota Dumai, Provinsi Riau)

No. Responden :

Hari/Tanggal :

Lokasi Wawancara :

RT/RW :

I. Identitas Anggota Keluarga

No.

Nama

L/P

Usia

(th,bln)

Status dalam keluarga*

Pendidikan

(lama tahun)*

Agama*

Etnis*

Pekerjaan*

Formal

Non Formal

Keterangan :

* Status dalam keluarga : 1) Kepala Keluarga; 2) Istri; 3) Anak; 4) Orangtua/Mertua; 5) famili

*Pendidikan (lama tahun) : 1) SD/sederajat-tidak tamat; 2) SD-tamat; 3) SMP/sederajat-tidak tamat; 4)SMP/sederajat-tamat; 5) SMA/sederajat-tidak tamat; 6) SMA/sederajat-tamat; 7) pendidikan non formal seperti kursus, pelatihan dll

*Agama : 1) Islam; 2) Kristen Protestan; 3) Kristen Katolik; 4) Budha; 5) Hindu

*Etnis : 1) Jawa; 2) Minang; 3) Batak

*Pekerjaan : 1) Sektor Pertanian meliputi pertanian itu sendiri seperti petani, perikanan, perkebunan, peternakan, kehutanan.

2) Sektor non pertanian mencakup pedagang, buruh pabrik, buruh serabutan, tukang becak, tukang ojek, pembantu rumah tangga dan sejenisnya.

II. Keadaan Ekonomi Keluarga

Pengeluaran per bulan

Jumlah (Rupiah)

Pangan

Non Pangan :

§ Kesehatan

§ Pendidikan

§ Pakaian

§ Hiburan

§ Tabungan/Investasi

§ Lain-lain

Total Pengeluaran

§ Pola Makan Keluarga

1. Makanan pokok keluarga

:

1. Nasi

2. Bukan Nasi

2. Frekuensi makan dalam sehari

:

1. Dua kali sehari

2. Tiga kali sehari

3. Lebih dari tiga kali sehari

3. Frekuensi makan daging dalam seminggu

:

1. Satu kali

2. Dua kali

3. Tiga kali

4. Frekuensi makan ikan dalam seminggu

:

1. Satu kali

2. Dua kali

3. Tiga kali

5. Frekuensi makan telur dalam seminggu

:

1. Satu kali

2. Dua kali

3. Tiga kali

§ Kepemilikan dalam Keluarga

No.

Jenis

Jumlah

Atas Nama

Istri

Bersama

Suami

1.

Rumah

2.

Tanah

3.

Ternak

4.

Kendaraan bermotor

5.

Perhiasan

III. Kondisi Lingkungan

§ Lingkungan Fisik

1. Apakah di lingkungan tempat tinggal Anda memiliki fasilitas umum yang dapat digunakan oleh seluruh penduduk?

:

1. Ya

2. Tidak (lanjutkan ke no. 5)

2. Jika Ya, apa sajakah fasilitas tersebut?

3. Apakah Anda merasakan manfaat dari adanya fasilitas tersebut?

:

1. Ya

2. Tidak

4. Jika Ya, apakah manfaat yang Anda terima?

5. Apakah anak-anak memiliki kamar yang terpisah dari kamar orangtua?

:

1. Ya

2. Tidak

6. Dimanakah anak-anak biasa bermain?

:

1. Di ruangan khusus dalam rumah

2. Di halaman rumah

3. Di rumah tetangga

4. Lain-lain, sebutkan

7. Bagaimanakah status kepemilikan rumah Anda?

:

1. Milik sendiri

2. Sewa

3. Milik saudara

4. Lain-lain, sebutkan

8. Apakah Anda memiliki fasilitas MCK di rumah?

:

1. Ya

2. Tidak

9. Darimana sumber air minum keluarga Anda?

:

1. Sumur

2. Air Hujan

3. PAM

10. Apakah Anda memiliki tempat pembuangan sampah tersendiri?

:

1. Ya

2. Tidak

11. Jika tidak, dimana biasanya Anda membuang sampah?

§ Lingkungan Sosial

1. Berapa kali dalam seminggu Anda berinteraksi dengan tetangga?

:

1. Setiap hari

2. Tidak setiap hari

2. Apa saja topik interaksi Anda dengan tetangga?

(dapat dipilih lebih dari satu)

1. Pendidikan anak

2. Keluarga

3. Politik

4. Hiburan

5. Lainnya, sebutkan

3. Apakah di lingkungan Anda terdapat organisasi atau perkumpulan?

:

1. Ya

2. Tidak

4. Apa sajakah organisasi/perkumpulan tersebut?

:

5. Apakah Anda rutin mengikuti perkumpulan atau organisasi tersebut?

:

1. Ya

2. Tidak

6. Apakah status Anda dalam organisasi/perkumpulan tersebut?

1. Anggota

2. Pengurus

3. Ketua

7. Apakah keikutsertaan Anda dalam organisasi atau perkumpulan tersebut membawa pengaruh bagi kehidupan Anda?

1. Ya

2. Tidak

6. Apa pengaruh yang Anda rasakan?

§ Peran Sekolah (Lembaga Pendidikan Formal)

1. Apakah anak-anak Anda yang tergolong usia sekolah sudah bersekolah?

:

1. Ya

2. Tidak

2. Jika tidak, apa alasannya?

:

3. Apakah Anda terlibat dalam memilih sekolah untuk anak-anak Anda?

:

1. Ya

2. Tidak

4. Apakah anak-anak Anda berprestasi di sekolah?

:

1. Ya

2. Tidak

6. Apakah sekolah memberi pengaruh terhadap perkembangan moral anak anda?

:

1. Ya

2. Tidak

7. Apakah sekolah memberi pengaruh terhadap perkembangan psikomotorik anak?

:

1. Ya

2. Tidak

8. Apakah anak-anak Anda mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya?

:

1. Ya

2. Tidak

9. Jika ya, kegiatan apa yang diikuti anak Anda?

:

§ Peran Lembaga Keagamaan

1. Apakah Anda mengikuti kegiatan keagamaan di lingkungan tempat tinggal Anda?

1. Ya

2. Tidak

2. Apa saja bentuk kegiatan keagamaan yang Anda ikuti?

3. Apakah anak-anak Anda juga terlibat dalam kegiatan tersebut?

1. Ya

2. Tidak

4. Apakah kemudian Anda mewajibkan anak-anak Anda untuk ikut kegiatan tersebut?

1. Ya

2. Tidak

5. Apakah anak-anak Anda antusias setiap kali mengikuti kegiatan tersebut?

1. Ya

2. Tidak

6. Apakah keikutsertaan anak-anak Anda dalam kegiatan keagamaan tersebut membawa pengaruh bagi kehidupan mereka?

1. Ya

2. Tidak

7. Apa pengaruh yang dapat Anda lihat?

§ Peran Keluarga Besar

1. Apakah ada anggota keluarga besar yang ikut tinggal bersama Anda?

1. Ada

2. Tidak ada

2. Apakah mereka membantu keluarga Anda?

1. Ya

2. Tidak

3. Dalam hal apa saja mereka membantu keluarga Anda?

1. Kegiatan rumah tangga seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah

2. Bekerja menambah penghasilan keluarga

3. Merawat dan mengasuh anak

4. Lainnya, sebutkan ___________________________

4. Apakah keberadaan anggota keluarga besar dalam keluarga Anda berpengaruh terhadap pola aktivitas keluarga sehari-hari?

1. Ya

2. Tidak

5. Apa pengaruh yang Anda rasakan?

6. Apakah sanak saudara Anda yang lain pernah mengunjungi keluarga Anda?

1. Pernah

2. Tidak Pernah

7. Apakah Anda pernah mengajak atau melibatkan anak dalam acara keluarga?

1. Pernah

2. Tidak Pernah

8. Apakah anggota keluarga besar Anda pernah mengajak anak Anda bepergian untuk jangka waktu yang cukup lama?

1. Pernah

2. Tidak Pernah

§ Media Massa

1. Media massa apa saja yang anda miliki di rumah Anda?

1. Elektronik, sebutkan:

2. Non-elektronik, sebutkan:

2. Bagaimana frekuensi penggunaan setiap media massa tersebut?

1. Elektronik:

2. Non-elektronik:

3. Untuk kepentingan apa saja Anda menggunakan media massa tersebut?

1. Hiburan saja

2. Hiburan dan Pendidikan

3. Hiburan, Pendidikan dan Usaha

1. Apakah Anda memiliki waktu khusus dalam seminggu yang hanya dihabiskan bersama anak?

:

1. Ya

2. Tidak

2. Apakah Anda makan bersama dengan anak minimal sekali dalam sehari?

:

1. Ya

2. Tidak

3. Apakah anda mengetahui masalah-masalah anak?

:

1. Ya

2. Tidak

4. Apakah dalam keluarga, terdapat aturan yang disepakati bersama?

:

1. Ada

2. Tidak Ada

5. Jika dalam keluarga terdapat masalah, apakah masalah tersebut didiskusikan bersama dengan anggota keluarga lainnya?

:

1. Ya

2. Tidak

6. Apakah Anda pernah memberikan hukuman pada anak baik secara fisik maupun verbal?

:

1. Tidak pernah

2. Secara fisik saja

3. Secara verbal saja

4. Secara fisik dan verbal

7. Apakah anak dekat dengan Anda selaku orangtua?

:

1. Ya

2. Tidak

8. Apakah anak dekat dengan saudara kandungnya (kakak atau adiknya)?

:

1. Ya

2. Tidak

§ Pola Komunikasi dalam Keluarga

PERSEPSI TENTANG NILAI ANAK[8]

Keterangan :

1=sangat tidak setuju; 2=tidak setuju; 3= sedang/ragu-ragu; 4=setuju; 5=sangat setuju

PERNYATAAN

1

2

3

4

5

Nilai Psikologis

1.

Anak dapat memperkuat kasih sayang antara suami dan istri

2.

Anak memberikan kebahagiaan pada orangtua

3.

Anak dapat dijadikan teman bermain bagi orangtua

4.

Anak memberikan kepuasan pada orangtua baik anak laki-laki maupun perempuan

5.

Anak memberikan rasa aman di hari tua

6.

Anak perempuan lebih dekat pada orangtua di hari tua

7.

Anak perempuan akan lebih memperhatikan orangtua di masa datang

8.

Anak laki-laki akan lebih memperhatikan orangtua di masa datang karena dapat memberikan bantuan uang dibandingkan dengan anak perempuan

9.

Anak-anak menyita waktu dan uang orangtua

10.

Anak dapat menimbulkan stress pada orangtua

Sub total nilai psikologi

Nilai Sosial

11.

Anak yang terdidik dengan baik akan menimbulkan penghargaan dari masyarakat

12.

Hanya anak laki-laki yang dapat membawa nama harum orangtua di masyarakat

13.

Anak laki-laki diharapkan mendapat pendidikan yang lebih tinggi daripada anak perempuan

14.

Anak perempuan tidak diharapkan bekerja setelah menikah

15.

Anak laki-laki diharapkan untuk bekerja dan tidak cepat menikah

16.

Memiliki anak laki-laki jauh lebih menguntungkan daripada memiliki anak perempuan

17.

Anak laki-laki diharapkan menjadi tulang punggung keluarga

18.

Baik anak laki-laki atau perempuan diharapkan dapat meningkatkan status sosial keluarga

19.

Anak laki-laki atau perempuan diharapkan dapat meneruskan nilai-nilai yang dijunjung tinggi di dalam keluarga

20.

Memiliki anak laki-laki jauh lebih mahal karena harus mendidik/menyekolahkan lebih tinggi dan harus mempersiapkan uang untuk melamar

Sub total nilai sosial

Nilai Ekonomi

21.

Anak laki-laki lebih diharapkan dapat memberikan bantuan ekonomi di hari tua

22.

Anak perempuan tidak berkewajiban memberikan bantuan ekonomi di hari tua

23.

Hanya anak laki-laki yang diharapkan membantu menyekolahkan adik-adiknya

24.

Anak laki-laki jauh lebih besar sumbangannya saat ini maupun sesudah dewasa daripada anak perempuan

25.

Anak perempuan diajarkan untuk dapat membantu dalam pekerjaan rumah tangga sejak kecil sedangkan anak laki-laki tidak

26.

Anak laki-laki tidak perlu turut membantu dalam mengerjakan urusan rumah tangga

27.

Anak laki-laki harus diasuh/diperhatikan lebih baik daripada anak perempuan

28.

Anak perempuan nantinya boleh bekerja di luar rumah seperti laki-laki

29.

Mempunyai banyak anak akan menguntungkan orangtua

30.

Semakin banyak jumlah anak akan menyebabkan bertambahnya beban tanggungan keluarga

Sub total nilai ekonomi

Total

PROFIL AKTIVITAS ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM

KELUARGA MIGRAN

Jenis keluarga :

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

01 a.m

01 a.m

02

02

03

03

04

04

05

05

06

06

07

07

08

08

09

09

10

10

11

11

12 pm

12 pm

13

13

14

14

15

15

16

16

17

17

18

18

19

19

20

20

21

21

22

22

23

23

24

24

POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA MIGRAN

No.

Bidang

Pengambil Keputusan

I

I+S (>I)

I=S

I+S (>S)

S

1.

Konsumsi barang dan jasa :

1) Makanan dan menu

§ Belanja

§ Variasi

§ Distribusi

2) Membeli pakaian (waktu pembelian, model, tempat dan harga)

§ Suami

§ Istri

§ Anak

3) Membeli alat rumah tangga

§ Waktu pembelian

§ Model

§ Cara penataan

4) Kesehatan

§ Imunisasi/Posyandu

§ Tempat berobat

2.

Pembentukan Keluarga

1) Pembagian tugas anak

2) Disiplin anak

3) Sopan santun anak

4) Sekolah anak

5) Biaya sekolah anak

6) Menentukan jumlah anak

7) Ikut KB

8) Jenis KB

3.

Keuangan

1) Pengeluaran RT

2) Alokasi

3) Pemegang

4.

Partisipasi Sosial

1) Ikut arisan

2) Ikut pengajian

3) Ikut PKK

4) Ikut organisasi sosial di masyarakat

Skor : 1= Istri saja (I); 2= bersama-sama, istri dominan [I+S (>I)]; 3= bersama-sama, setara (I=S); 4= bersama-sama, suami dominan [I+S (>S)]; dan 5= suami saja (S)

  • Penanaman Nilai Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG)

1. Apakah Anda membedakan pengasuhan antara anak laki-laki dan anak perempuan?

:

1. Ya

2. Tidak

2. Jika Ya, bagaimana bentuk pembedaan tersebut?

:

3. Apakah suami pernah terlibat dalam pekerjaan rumah tangga?

:

1. Ya

2. Tidak

4. Apakah Anda membedakan pekerjaan rumah tangga yang dikerjakan anak laki-laki dan perempuan?

:

1. Ya

2. Tidak

5. Apakah Anda mengajarkan perbedaan peran antara anak laki-laki dan perempuan pada anak-anak Anda?

:

1. Ya

2. Tidak

6. Bagaimana pendapat Anda, jika anak laki-laki mengerjakan tugas anak perempuan begitu pula sebaliknya?

:

  • Gaya Prokreasi dalam Keluarga

1. Apakah Anda mengajarkan bahasa daerah asal Anda kepada anak?

:

1. Ya

2. Tidak

2. Apakah Anda bicara dalam bahasa daerah Anda kepada anak?

:

1. Ya

2. Tidak

3. Apakah Anda menjelaskan silsilah keluarga Anda kepada anak?

:

1. Ya

2. Tidak

4. Apakah Anda mengajarkan nilai sopan santun pada anak-anak Anda?

:

1. Ya

2. Tidak

5. Apakah Anda memberikan pujian jika anak berbuat sopan di hadapan Anda?

:

1. Ya

2. Tidak

6. Bagaimana cara Anda mengajarkan nilai sopan santun kepada anak?

:


[1] Dikutip dari artikel “Pemukiman Kumuh”. Sumber www.pmpk.unud.ac.idindfile_

penelitianpemukiman%20kumuh.pdf. Diakses pada tanggal 13 Maret 2009

[2] Paulus Tangdilintin, Pengaruh Perubahan Struktur Keluarga terhadap Pelaksanaan Fungsi Utama Keluarga di Perkotaan (Studi Kasus : Kelurahan Kalibaru, Kemanggisan dan Pasar Minggu), (Jakarta: Jurnal Masyarakat No.4 Th. 1996), p.49

[3] Dwi Hastuti, Pengasuhan: Teori dan Aplikasinya, ( Bogor: Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, 2008), p.76

[4] Tim Editor Sosiologi Umum Institut Pertanian Bogor, Op. cit., p.74

[5] Dikutip dari artikel “Peranan Perempuan dalam Pembangunan Berwawasan Gender” oleh Wayan Sudarta, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana, sumber: http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/peran%20perempuan.pdf, diakses pada tanggal 22 Desember 2008

[6] Dikutip dari artikel “Pengasuhan Anak dalam Keluarga ‘The Next Lost Generation’” oleh Sugeng Iwan, Mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga Minat Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

[7] Hastuti, Op. cit., p.39

[8] Kuesioner diadaptasi dari skripsi Tedi Kartino yang berjudul Nilai Anak dan Kualitas Pengasuhan Anak Usia Sekolah pada Keluarga Nelayan di Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat. Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 2005.

Posted in Anak, keluarga, kumuh, migran, pola asuh, Uncategorized | Dengan kaitkata: , , , , , , , , , , , | 1 Comment »